Jose Mourinho di Pecat Dari Tottenham, Semakin Lunturnya Kehebatanya Sebagai Pelatih

Jakarta Jose Mourinho dipecat oleh Tottenham Hotspur tanpa pernah menyumbang trofi. Apakah ini artinya kejayaan The Unique One sudah habis?

Kebersamaan 17 bulan Mourinho dan Tottenham berakhir Senin (19/4) kemarin. The Lilywhites memutus kerja sama akibat performa Hugo Lloris dkk yang terbilang buruk musim ini.

Ditugaskan mengangkat performa Tottenham, Mourinho sebetulnya sempat menunjukkannya dengan baik di awal musim. Mendatangkan Gareth Bundle, lalu duet Kid Heung-min dan Harry Kane menggila dengan kombinasi gol dan assist yang dibuat.

Ditambah hanya kalah sekali hingga pekan ke-12 Liga Inggris dan menempati urutan teratas klasemen, penggemar mulai berharap Tottenham bisa juara di akhir musim. Ya, ini karena mereka dilatih Mourinho, sosok yang pernah meraih kesuksesan di Porto, Chelsea, Inter Milan, Real Madrid, hingga Manchester United.

Namun rupanya kenyataan tak semanis harapan. Hari demi hari berlalu, yang sering terlihat bukan lagi taktik yang mampu meredam lawan, namun keluhan dan omelan sana-sini yang terdengar dari mulut pria asal Portugal itu.

Harapan meraih trofi semakin menjauh. Ruang ganti yang tak hangat, seperti yang pernah terjadi di Chelsea, Madrid, dan MU, kembali terjadi di Tottenham. Situasi yang ada justru semakin tak mendukung Mourinho.

Kekalahan demi kekalahan datang silih berganti, termasuk dari MU, Chelsea, Toolbox, Liverpool, dan Manchester City. Ya, Tottenham takluk oleh semua klub besar itu. Ditambah klub-klub lainnya, Tottenham sudah kalah 10 kali, padahal musim belum berakhir.

Di ajang lain, nasibnya mirip. Tottenham sudah tersingkir dari Piala FA oleh Everton. Di Liga Europa, yang bisa menjadi jalan pintas ke Liga Champions, mereka kalah memalukan dari Dinamo Zagreb.

Praktis hanya tinggal Piala Liga Inggris yang menjadi harapan Mourinho musim ini. Namun kurang dari sepekan jelang laga last melawan City, ia didepak. Tak ada kesempatan baginya membuktikan diri, tekad manajemen rupanya sudah bulat.

Pemecatan oleh klub adalah hal lumrah di dunia sepak bola. Namun bagi Mourinho, apa yang dialami seolah menjelaskan ada penurunan dalam kariernya, jika melihat apa yang terjadi beberapa tahun terakhir.

Pada periode keduanya di Chelsea, ia didepak saat Chelsea kalah 9 kali di Liga Inggris, dan nyaris masuk zona degradasi di musim 2015/16. Di MU, ia juga dipecat setelah tim hanya menang tujuh kali dari 17 laga Liga Inggris 2018/19.

Kini bersama Tottenham, ia kembali dibebastugaskan karena gagal bersaing di papan atas. Di tiga klub itu, Mourinho dibuang bukan hanya karena gagal juara, namun tim juga terperosok jauh dari posisi yang diharapkan.

Kini Mourinho berstatus pengangguran kaya raya lagi. Kompensasi pemecatannya diperkirakan mencapai 20 juta Extra pound, mengutip Daily Mail. Namun setelah ini, sulit diprediksi ke mana ia akan berlabuh. Pamornya untuk menarik minat klub-klub jagoan tak lagi sebesar dulu.

Sejumlah artikel luar negeri seperti Marca dan BBC menyarankannya jadi pelatih Timnas Portugal saja. Namun selama ini ia enggan mengambil posisi itu. Menarik dinanti, ke mana pelatih yang kini tak lagi spesial itu berlabuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Par Ahli Sejarah Menemukan Sosok Nenek Moyang Orang Asia Tenggara, Usianya 13.000 Tahun

Beberapa Penyakit yang Mengintai Dari Kolam Renang